Publikterkini.com - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 merupakan momentum untuk mengevaluasi kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki TNI.
Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Kerja Komisi I DPR dengan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Laut yang membahas peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala 402.
"Saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi tentang kondisi alutsita TNI khususnya kapal selam yang dimiliki TNI Angkatan Laut dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melanjutkan modernisasi kapal selam," kata Hadi, Kamis.
Ia mengatakan, peristiwa itu juga menjadi pelajaran berharga bahwa tugas seorang prajurit TNI mengandung risiko yang sangat tinggi.
"Di samping untuk menghadapi musuh, juga harus menghadapi kondisi alam yang bukan menjadi ruang hidupnya, sebagaimana dialami para awak kapal selam," kata Hadi.
Hadi juga menjelaskan sedikit tentang tenggelamnya KRI Nanggala 402 di Perairan Bali.
Dia menyatakan bahwa tenggelamnya KRI Nanggala 402 terjadi berlatih menembakkan torpedo.
"Pelatihan tersebut merupakan bagian dari pembinaan kesiapan operasional prajurit dan satuan," ucap Hadi.
Ia menyebut, pemerintah telah memberikan penghargaan atas pengabdian para prajurit dengan memberikan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi serta tanda jasa Bintang Jalasena.
Selain itu, pemerintah juga memberikan beasiswa kepada putra dan putri prajurit yang gugur hingga tingkat S1.
"Seluruh hak waris juga telah diberikan," ujar Hadi.
Seperti diketahui, KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam pada Minggu (25/4/2021) setelah sempat dinyatakan hilang kontak di perairan utara Bali pada Rabu (21/4/2021).
Sebanyak 53 personil KRI Nanggala pun dinyatakan gugur dalam peristiwa tersebut. Saat ini, TNI AL tengah berupaya untuk mengangkat badan KRI Nanggalan-402 yang tenggelam.