Kanal

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Suhu Dingin di Pagi dan Malam Hari

Suhu udara yang terasa lebih dingin akhir-akhir ini terutama pada malam dan pagi hari ramai menjadi pembicaraan netizen di sosial media.

Beberapa masyarakat mengaitkan kondisi ini dengan fenomena aphelion, kondisi Bumi terletak di titik terjauh dari Matahari.

Salah satunya warganet di Twitter berikut ini:

"Fenomena Aphelion, pantes dingin banget," tulis salah satu akun.

Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto saat dihubungi membenarkan bahwa saat ini suhu udara memang secara umum lebih terasa dingin.

"Yang terasa lebih dingin secara umum wilayah Indonesia bagian selatan," ujarnya.

Siswanto menjelaskan fenomena tersebut terjadi karena saat ini wilayah Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau yaitu mulai dari Juli hingga Agustus/September.

"Pada periode ini angin yang bertiup dominan timuran dari Benua Australia, membawa masa udara yang umumnya bersifat lebih kering dan lebih dingin, lebih lebih saat ini di Benua Australia sedang menuju puncak musim dingin, demikian juga angin monsun Australia itu melewati perairan Samudera Indonesia yang saat ini suhu permukaan lautnya juga relatif lebih dingin," ujarnya.

Menurutnya suhu udara yang lebih dingin ini masih akan terjadi hingga September mendatang.

"Sampai puncak musim kemarau berakhir periodenya, biasanya hingga akhir September," tambahnya.

Sementara Menanggapi hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai suhu udara dingin yang terjadi di Indonesia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli-September.

"Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia," ujar Herizal dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Ia menambahkan, pada Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia, ujar Herizal, menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

"Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," papar dia.

Selain dampak angin dari Australia, lanjut Herizal, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

"Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer," tuturnya.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

Hal tersebut membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. "Yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari," terang Herizal.

Mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam, jelas Herizal, posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion).

Tetapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan. Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran Juli.

"Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia," kata Herizal.

Menurut dia, fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun. Bahkan hal ini dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas), yang dianggap seperti salju bagi sebagian orang.

Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan di seluruh wilayah Indonesia, saat ini memang rata-rata suhu minimum dan maksimum di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara umumnya lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya yang berada di utara dan/atau di sekitar ekuator.

Suhu udara minimum berkisar antara 14 - 21 derajat celsius, dengan suhu terendah tercatat di Maumere dan Tretes (Pasuruan).

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER