Kepsek SMA 2 Rumbio Jaya Bantah Sekolah Terbengkalai: “Jangan Hanya Lihat dari Luar”

Ahad, 28 September 2025

PEKANBARU II Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar, Yuliarni, M.Si, membantah tudingan bahwa sekolah yang ia pimpin terkesan terbengkalai dan dana BOS tidak dikelola dengan baik. Klarifikasi ini disampaikan langsung kepada awak media pada Sabtu (27/9/2025).

Menurut Yuliarni, kondisi geografis sekolah yang terletak di kawasan perkebunan sawit dan karet, jauh dari pemukiman penduduk, turut memengaruhi citra sekolah di mata publik. 

Sekolah yang berjarak sekitar 30 menit dari ibu kota Kabupaten Kampar, Bangkinang, itu memiliki 8 ruang belajar untuk 10 rombel, dengan total 240 siswa dan 27 guru serta 9 pegawai tata usaha. Selain itu, terdapat 13 guru komite yang sudah mengabdi sejak sebelum dirinya menjabat sebagai kepala sekolah.

Selama menjabat, ia menegaskan sudah banyak langkah perbaikan dilakukan, seperti memindahkan kantin, membangun pos keamanan, memperbaiki plafon ruang guru, mengecat pagar, hingga mengaktifkan kembali fungsi toilet belakang sekolah. 

Bahkan, pihak sekolah juga membuat kolam resapan untuk mengurangi genangan air akibat kondisi tanah yang berawa.

“Kalau ada yang mengatakan sekolah ini terbengkalai, itu tidak benar. Kami berbenah sesuai kemampuan. Jangan hanya melihat dari luar, lihat juga fakta yang ada di dalam,” tegas Yuliarni.

Ia juga menjelaskan, sorotan masyarakat terkait rumput liar, sampah menumpuk, serta toilet depan sekolah yang dianggap tidak terurus, memiliki alasan yang jelas. 

Menurutnya, pekerja kebersihan sekolah baru saja menjalani operasi mata sehingga sudah dua pekan tidak bisa bekerja. Kondisi tanah rawa membuat rumput tumbuh lebih cepat dari biasanya.

“Untuk sampah, biasanya kami bakar, tapi karena musim hujan jadi sulit dibakar. Sementara toilet di depan sekolah itu sudah lama tidak difungsikan karena sering tersumbat. Toilet itu pun sudah ada sebelum saya menjabat,” paparnya.

Keterbatasan dana BOS, kata Yuliarni, menjadi tantangan tersendiri. Dengan jumlah siswa yang ada, dana yang diterima tidak sebanding dengan kebutuhan operasional sekolah. Ditambah lagi, sekolah sering diganggu monyet liar yang dapat merusak fasilitas jika tidak dijaga dengan baik.

“Dana BOS yang kami terima sudah jelas arahnya dan selalu dipertanggungjawabkan. Hanya saja, dengan kondisi sekolah dan kebutuhan yang ada, dana itu memang tidak mencukupi. Tapi kami tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk siswa dan menjaga agar sekolah tetap berjalan optimal,” jelasnya.

Dengan penjelasan ini, Yuliarni berharap masyarakat bisa memahami situasi sebenarnya dan tidak langsung menilai negatif. Ia menegaskan bahwa pihak sekolah tetap berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan meski dalam keterbatasan.***(Rls/Red*).