Ini Perbedaan Wartawan Profesional dan Wartawan Abal-Abal

Senin, 03 Maret 2025

PUBLIKTERKINI.COM,Pekanbaru - Di era digital saat ini, keberadaan media online semakin menjamur, termasuk di Provinsi Riau. Fenomena ini membawa dampak positif sekaligus tantangan, terutama dalam menjaga kualitas dan kredibilitas jurnalisme. Ketua Forum Pemimpin Redaksi (FPR) Riau, Rahmat Handayani, menyoroti pentingnya peran masyarakat, pemerintah, TNI, dan Polri dalam menyikapi perkembangan ini agar tidak terjebak oleh oknum wartawan yang tidak profesional.

Maraknya Oknum Wartawan Abal-Abal

Saat ini, banyak kasus yang menunjukkan adanya oknum wartawan yang menyalahgunakan profesinya. Beberapa di antaranya bahkan telah terbukti bersalah di pengadilan. Oknum tersebut tidak hanya menulis berita tanpa dasar jurnalistik yang kuat, tetapi juga ada yang bertindak di luar kewenangannya, seperti menakut-nakuti pihak tertentu atau bahkan menghentikan kendaraan layaknya aparat kepolisian.

Fenomena ini menjadi perhatian serius karena dapat merusak kepercayaan publik terhadap media. Oleh karena itu, Rahmat Handayani menekankan pentingnya selektivitas dalam bekerja sama dengan media dan wartawan.

Ciri-Ciri Wartawan Profesional

Agar masyarakat, pemerintah, TNI, dan Polri tidak tertipu oleh wartawan abal-abal, ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menilai kredibilitas seorang jurnalis:

1. Tidak Meminta Imbalan Langsung

Wartawan yang benar-benar profesional tidak akan meminta imbalan secara langsung kepada narasumber. Mereka bekerja berdasarkan kode etik jurnalistik, bukan atas dasar keuntungan pribadi.

 

2. Penulisan yang Jelas dan Objektif

Berita yang ditulis harus memiliki struktur yang jelas, tidak berbelit-belit, dan tidak menghakimi narasumber dengan praduga bersalah.

 

3. Proses Konfirmasi yang Tenang dan Profesional

Seorang wartawan yang kredibel akan melakukan wawancara dengan sikap tenang, tidak emosional, dan tetap mengutamakan keseimbangan dalam pemberitaan.

 

4. Menyajikan Fakta Tanpa Distorsi

Berita yang disampaikan harus sesuai dengan fakta dan tidak dipelintir untuk kepentingan tertentu.

 

Dengan memperhatikan empat indikator ini, masyarakat dan pihak berwenang dapat dengan mudah membedakan wartawan profesional dari oknum yang hanya mencari keuntungan pribadi.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menjaga Kredibilitas Media

Rahmat menegaskan bahwa jika masyarakat, pemerintah, TNI, dan Polri secara tegas menolak untuk melayani atau memberikan ruang bagi wartawan abal-abal, maka praktik penyalahgunaan profesi ini dapat diminimalisir.

Lebih lanjut, ia menyoroti bagaimana era digital memungkinkan siapa saja untuk mengakses berita dengan mudah. Namun, jika tidak ada kontrol terhadap kualitas media, maka akan semakin banyak media yang tidak kredibel bermunculan. Oleh karena itu, Rahmat menekankan pentingnya peran pemerintah, kejaksaan, TNI, dan Polri dalam menekan keberadaan media yang tidak berkualitas.**