Tim Pengabdian Program Kemitraan Masyarakat Membangun Alat Pemurni Air Laut Skala Besar di SMA Negeri 1 Rupat

Sabtu, 01 Oktober 2022

PUBLIKTERKINI.COM,Pekanbaru - Air bersih, menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas dan kegiatan, air bersih sendiri tidak dapat dipisahkan dan selalu menjadi kebutuhan pokok bagi mahkluk hidup. Meskipun begitu, tidak semua wilayah dapat menemukan akses air bersih yang layak konsumsi dengan mudah. Seperti halnya di Kelurahan Batu Panjang, Pulau Rupat ini, dimana air yang tersedia masih jauh dari kata aman untuk dikonsumsi. Karena perlu diketahui air yang ada di daerah tersebut masih memiliki karakter fisik yang khas, pH yang rendah disertai dengan rasa payau. Dimana air yang diperoleh warga melalui sumur galian ataupun sumur bor masih memiliki warna kekuningan hingga warna kemerahan serta tidak jernih.

Air minum yang layak bagi kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 yaitu air minum yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif, dimana air tersebut tidak berbau, tidak berasa, warna pada air maksimal 15 TCU, total padatan terlarut tidak lebih dari 500 mg/l, dan total kekeruhan maksimal 5 NTU, untuk pH air layak konsumsi antara 6,5-8,5. Akan tetapi, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Universitas Riau Program Kemitraan Masyarakat yang didanai oleh dana DRTPM Tahun Anggaran 2022 di Kelurahan Batu Panjang, akses air yang ada di kelurahan ini cukup beragam, dimana daerah yang dekat dengan laut berupa air yang sedikit kekuningan akan tetapi tetap berasa payau disertai pH berkisar dari 6,0-7,3, sedangkan di daerah yang agak jauh dari laut, airnya berwarna kemerahan, dengan rasa payau dan pH yang rendah berkisar dari 3,7-6,3. Untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak dan mandi, masyarakat menggunakan air sumur yang memiliki pH 3,7-8,6, air dari PDAM yang pH nya 6,5-8,8, dan air sumur bor 6,2-8,1, penggunaan air ini bisa dikatakan tidak sehat bagi masyarkat karena bisa menimbulkan iritasi atau berdampak kerosif. Sedangkan untuk minum, masyarakat di daerah ini biasanya bergantung terhadap air hujan yang pH nya 5,5-8,3 atau air galon dengan pH 6,3-7,8 yang didatangkan dari Kota Dumai. Tentunya hal ini tidak efisien terhadap perekonomian keluarga. 

Selaku Ketua Tim Pengabdian, Ibu Ernidawati, S.Pd, M.Sc berinisiatif untuk membangun Alat Pemurni Air Laut dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih di SMA Negeri 1 Rupat. Meskipun alat ini dibangun di salah satu SMA yang ada di Batu Panjang, diharapkan ini dapat menjadi solusi yang dapat diterapkan oleh masyarakat. Dimana masyarakat dapat melihat langsung bagaimana cara kerja alat ini ke SMA tersebut dan membuatnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga akan air bersih. 

Oleh karena alat-alat labor di SMA Negeri 1 Rupat belum memadai dan alat eksperimen untuk materi Pemanasan Global belum tersedia, maka dirasa perlu untuk melakukan inovasi dan membuat alat eksperimen untuk mempelajari fenomena-fenomena yang ada di alam dan dijelaskan melalui Ilmu Fisika, salah satunya adalah Alat Pemurni Air Laut. Guru dan Siswa/i akan dilatih oleh Tim Pengabdian cara menggunakan alat ukur dalam proses pengambilan data, seperti Luxmeter, Refraktometer, Thermohygrometer, pH meter dann gelas ukur. Salah satu Guru Fisika SMA Negeri 1 Rupat, Ibu Whelsi Ayudha Permata, S.Pd menuturkan “Dengan adanya Alat Pemurni Air Laut ini sangat membantu kami dalam proses pembelajaran terutama Siswa/i dapat melihat secara langsung dan mempraktekkan cara menggunakan bermacam alat ukur”.

Dalam pembuatan alat ini, tidak hanya berusaha memanfaatkan potensi sumber air laut yang besar, tetapi juga memanfaatkan tenaga surya untuk menguapkan air. Kuantitas air tawar yang dihasilkan ditentukan oleh proses penguapan dari air laut dalam ruang evaporasi dan proses pengembunan yang terjadi di kaca penutup. Proses penguapan akan semakin baik apabila suhu air laut dalam ruang evaporasi semakin tinggi. Proses pengembunan dipengaruhi oleh suhu kaca penutup ruang evaporasi. Uap yang terbentuk akan diubah menjadi bentuk cair apabila mengenai benda yang suhunya lebih rendah (kaca penutup). Semakin rendah suhu kaca penutup maka proses pengembunan akan semakin cepat terjadi.

Alat Pemurni Air Laut yang dibangun di SMA Negeri 1 Rupat memiliki ukuran 4x4 meter, alat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Alat Pemurni Air Laut yang pernah dibuat untuk eksperimen di SMA Negeri 1 Gaung Anak Serka pada Tahun 2021, dengan harapan air tawar yang dihasilkan lebih banyak jumlahnya. Pada alat yang akan dibangun ini juga terdapat fungsi tambahan yaitu dapat menampung air hujan yang dapat dimanfaatkan oleh Guru dan Siswa di SMA Negeri 1 Rupat.

Tim Pengabdian berharap Alat Pemurni Air Laut ini dapat menjadi solusi untuk aspek kesehatan dengan suatu inovasi teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan air bersih dalam jangka panjang dengan memanfaatkan potensi yang ada, untuk aspek Pendidikan dapat membantu pihak sekolah dalam pengadaan alat eksperimen Fisika, untuk aspek ekonomi air layak konsumsi yang dihasilkan diharapkan dapat menghemat pengeluaran dengan cara mengurangi ketergantungan pada air kemasan, dan kemampuan siswa dalam pembuatan alat ini, diharapkan dapat mengembangkan di luar sekolah dengan mengedukasi keluarga dan masyarakat, sehingga dapat membuat Alat Pemurni Air Laut untuk memenuhi kebutuhan air bersih di rumah atau di desa, sehingga solusi dari aspek pemberdayaan masyarakat dapat tercapai.