Guru Sebarkan Konten SARA, Wagub DKI Jakarta Berikan Teguran

Kamis, 27 Mei 2021

Seorang guru sekolah dasar (SD) di Jakarta mengunggah konten berisi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam sebuah grup percakapan WhatsApp. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberikan teguran kepada guru berinisial MNT itu.

"Pemprov melalui Disdik (Dinas Pendidikan) sudah menegur," kata Ariza di wilayah Warung Buncit, Jakarta Selatan, Rabu (26/5/2021).

Ariza mengatakan, guru merupakan sosok yang menjadi teladan bagi anak didiknya sehingga perlu memperhatikan etika dan sikap dalam menyampaikan suatu informasi. "Kami minta semua guru, apalagi guru harap diperhatikan SOP-nya, keterangannya, etikanya, sikapnya harus menjadi teladan," ujarnya.

Ia pun meminta agar para guru tidak perlu ikut campur dalam hal tertentu yang bukan menjadi tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik. Sebab, Ariza menuturkan, tugas guru adalah mendidik para pelajar dengan baik.

"Urusan politik enggak usah diurus oleh para guru. Guru tugasnya mendidik. Urusan lain-lain tidak usah. Saya minta urusan guru adalah menjadi pendidik yang baik," kata dia menegaskan.

Kisah guru menggunggah konten SARA di media sosial ini sebelumnya dibeberkan anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah.

Politisi PDI-P itu mengunggah konten dari guru itu di akun Twitter-nya, @imadya. Ima mengaku kaget dan menyayangkan aksi yang diunggah oleh seorang guru berinisial MNT itu.

"Beberapa hari lalu saya melihat postingan ini di Twitter, dan saya kaget seorang guru bisa mem-posting hal seperti ini di grup para guru DKI," kata Ima.

Selain bermuatan SARA, Ima menilai konten tersebut merupakan hoaks dan sangat disayangkan dilakukan oleh seorang guru.

"Bagaimana kabar murid-muridnya? (jika gurunya seperti itu)," ujar Ima lagi. Saat dihubungi pada Senin (24/5/2021), Ima meminta Disdik DKI untuk memberikan efek jera agar tidak ada kasus yang sama terjadi di masa depan.

Menurutnya, sekadar permintaan maaf dari guru SD berinisial MNT itu tidak cukup. "Dinas Pendidikan bisa beri efek jera lebih dari kasus SMA 58, karena kalau hanya permintaan maaf saja akan terulang lagi," kata Ima.

Dia menambahkan, peristiwa ini semestinya menjadi pelajaran penting dan tantangan Kepala Disdik DKI untuk membersihkan dunia pendidikan dari konten berbau SARA.

Adapun konten bermuatan SARA yang diunggah Ima tersebut merupakan pesan yang ditulis MNT di grup WhatsApp guru se-DKI Jakarta.

MNT mengunggah foto identitas seseorang dengan keterangan gambar berikut:

"Sertifikat izin masuk dari pemerintah Palestina tahun 1935 untuk Simon Perez sebagai cleaning service. Puluhan tahun kemudian ia menjadi PM Israhell dan mendzolimi serta membantai bangsa Palsetina..!! mirip dg cina masuk ke Indonesia unskill Labor bertahun2 tinggal di Indonesia tahu2 jadi presiden," tulis MNT.

Ima juga menggunggah surat pernyataan permohonan maaf MNT yang ditandatangani 20 Mei 2021.

"Postingan tersebut saya tidak bermaksud untuk menyinggung, menyakiti perasaan baik secara Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan atau jabatan tertentu. Hal tersebut hanya spontanitas atas keprihatinan terhadap Bangsa Palestina," tulis MNT.