Varian Baru Virus Corona yang Terdeteksi di Malaysia Buan Dari Kelelawar Tapi Dari Anjing

Senin, 24 Mei 2021

Baru-baru ini ilmuwan mengungkap temuan virus Corona baru pada pasien di Malaysia. Pasien diidentifikasi tertular virus Corona baru dari seekor anjing.

Ahli epidemiologi Institut Kesehatan Global Duke University Dr Gregory Grey menyebutkan, sampel tersebut berasal dari pasien di sebuah rumah sakit di Sarawak, Malaysia. Diidentifikasi menggunakan tes Corona yang dikembangkan dirinya bersama mahasiswa pascasarjana, bernama Xiu.

Mereka mengembangkan tes yang dimaksud untuk mendeteksi seluruh virus Corona, tidak hanya COVID-19 dan lainnya.

"Ini adalah swab (usapan hidung) dalam, seperti yang dilakukan dokter dengan pasien COVID-19," kata Gray.

Dari 301 sampel yang diuji, ada delapan pasien atau 2,7 persen orang yang terinfeksi virus Corona baru dari anjing, banyaknya jumlah virus ditemukan pada bagian saluran pernapasan atas.

"Itu prevalensi virus (baru) yang cukup tinggi. Itu luar biasa," sambungnya.

Pengujian sampel yang mengejutkan

Dalam gelombang pertama sampel yang diuji tahun lalu, Gray dan Xiu menemukan jejak virus corona baru yang terkait dengan pneumonia pada pasien yang dirawat di rumah sakit.

Dalam laporan yang terbit di jurnal Clinical Infectious Diseases edisi Kamis (20/5/2021), tertulis bahwa virus corona baru ini adalah virus corona kedelapan yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.

Sampel yang didapat Gray berasal dari sebuah rumah sakit yang ada di Sarawak, Malaysia dan diambil oleh kolaborator pada 2017-2018.

"Sampel diambil dari usapan hidung dalam, seperti yang dilakukan dokter dengan pasien Covid-19," kata Gray.

Para pasien yang kebanyakan anak-anak tampak seperti menderita pneumonia biasa.

Namun, 8 dari 301 sampel yang diuji (2,7 persen), Xiu dan Gray menemukan bahwa saluran pernapasan bagian atas pasien terinfeksi oleh virus corona canine, atau virus corona anjing.

"Itu prevalensi virus baru yang cukup tinggi dan itu sangat luar biasa," kata Gray.

Gray berpikir, mungkin dia dan Xiu membuat kesalahan pada uji coba yang dilakukan.

Mungkin tes yang dibuat Xiu tidak bekerja dengan baik atau mengalami error.

"Kami selalu bertanya-tanya apa ada masalah atau kesalahan di lab," kata Gray.

Untuk memastikan, dia mengirim sampel tersebut ke seorang ahli di bidang virus corona hewan dari Ohio State University.

Ternyata, ahli tersebut juga meragukan.

"Saya pikir ada yang salah.

Sebab, virus corona pada anjing tidak pernah diperkirakan menular ke manusia.

Belum pernah dilaporkan sebelumnya," kata ahli virologi Anastasia Vlasova yang dimintai tolong Gray.

Meski demikian, Vlasova mencoba menumbuhkan virus corona dari sampel tersebut di laboratorium, menggunakan solusi khusus yang dia tahu bisa digunakan untuk virus corona anjing.

"Hasilnya, virus itu tumbuh dengan sangat baik," ungkap Vlasova.

Dengan banyaknya sampel yang didapat Gray, Vlasova dapat memecah dan mengurutkan kode genomnya.

Dari sekuens gen virus, dia melihat bahwa virus itu telah menginfeksi kucing dan babi.

Namun dari sampel, kemungkinan besar itu melompat langsung dari anjing ke manusia.

"Mayoritas genomnya adalah virus corona canine," katanya.

Kemudian dia menemukan petunjuk yang mengganggu tentang masa depan virus itu.

"Kami menemukan mutasi yang sangat, sangat unik - atau penghapusan - dalam genom," kata Vlasova.

Penghapusan spesifik itu, katanya, tidak ada di virus corona anjing lain yang diketahui, tetapi ditemukan di virus corona manusia.

"Ini adalah mutasi yang sangat mirip dengan yang sebelumnya ditemukan pada virus corona SARS dan SARS-CoV-2, yang muncul segera setelah diperkenalkan ke populasi manusia," kata Vlastova.

Penghapusan ini, dia yakin, membantu virus corona anjing menginfeksi atau bertahan di dalam tubuh manusia.

Dan itu mungkin langkah kunci yang diperlukan virus corona untuk menyebar ke manusia.

"Rupanya penghapusan tersebut entah bagaimana terkait dengan adaptasi virus selama lompatan dari hewan ke manusia," katanya.